Kamis, 14 Februari 2013

Bukan Tari Topeng Biasa

Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu dan Jatibarang. Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yang mengandung pesan-pesan terselubung, Adanya unsur-unsur yang terkandung didalamnya mempunyai arti simbolik yang sangat menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Meliputi aspek kehidupan manusia seperti kepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.Dalam hubungan itu, tidaklah mengherankan bahwa tari topeng Cirebon dapat dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif.
Pada saat Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan Cirebon; Syekh Syarif Hidayatulah yang juga seorang anggota Dewan Wali Sanga yang bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijaga memfungsikan Tari Topeng dan 6 (enam) jenis kesenian lainnya sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan dilingkungan Keraton. Adapun Keenam kesenian tersebut adalah Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.

Jauh sebelum Tari Topeng masuk ke Cirebon, Tari Topeng tumbuh dan berkembang sejak abad 10 –11 M. Pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan ( pengamen ) Seni Tari Topeng masuk ke Cirebon dan kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian rakyat setempat.
Tari topeng sendiri banyak macamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh seorang penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar